Informasi menarik, unik terbaru dan terpercaya

6 Pelajaran Penting Bagi Perempuan dari Film Enola Holmes

Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan. Bahkan film juga bisa sebagai wadah untuk menyampaikan paham atau ideologi. Tidak menutup kemungkinan melalui media komunikasi satu ini pandangan orang-orang terhadap suatu paham dapat berubah.

Milly Bobby Brown lewat perannya sebagai Enola Holmes di film dengan judul yang sama dengan nama yang diperankannya, ingin mengajak audiens terutama kaum perempuan mendobrak beberapa paham yang selama ini dinilai membatasi perempuan. Beberapa dari kaum perempuan masih mendengar narasi bahwa perempuan tidak boleh dominan dibanding laki-laki.

Bahkan beberapa kaum perempuan tak asing dengan paham yang dianut oleh laki-laki bahwa istri idaman adalah perempuan yang pintar masak dan bersolek. Di mana perempuan selalu digambarkan sebagai sosok yang anggun, lemah lemut, dan dilambangkan dengan alat-alat untuk bersolek.

Parahnya lagi kadang perempuan dicap sebagai sosok yang lemah, emosional, dan tidak lebih pintar dari laki-laki. Hal ini mengikis kesempatan perempuan untuk maju di beberapa bidang di dunia profesional. Tak heran di beberapa perusahaan, pekerja laki-laki lebih banyak jumlahnya dibanding pekerja perempuan. Hal itu juga menyebabkan di dunia profesional terkadang perempuan lebih sulit untuk naik jabatan dibanding laki-laki.

Enola Holmes kecil adalah sosok perempuan yang didik oleh ibunya dengan ilmu bela diri, memanah, fisika, sejarah bahkan keahlian memecahkan teka-teki. Tidak heran ia tumbuh menjadi perempuan yang pintar, energik, pantang menyerah, dan pemberani.  Berbekal dengan ilmu memecahkan teka-teki inilah yang menjadi gerbang awal pencarian ibunya. Hal itu tentu didukung oleh pelajaran-pelajaran lain yang ia kuasai hasil didikan dari ibunya dulu.

Kisah tentang Enola Holmes bermula saat usianya 16 tahun. Di saat itu lah ketika ia bangun dari tidurnya, ia mendapati ibunya, Eudoria hilang. Eudoria sendiri diperankan oleh Helena Bonham Carter. Di film yang disutradarai oleh Harry Bradbeer tersebut secara garis besar menceritakan misi Enola Holmes dalam mencari ibunya yang hilang.

Tentu saja proses yang dilalui oleh Enola Holmes dalam menemukan ibunya tidak berjalan mulus-mulus saja. Di sisi lain kedua kakaknya bernama Mycroft (Sam Claflin) dan Sherlock (Henry Cavill) yang sudah tak tinggal bersama Enola Holmes dan ibunya terlihat tak terlalu mendukung keinginannya. Alih-alih membantu usaha Enola Holmes, Sherlock yang merupakan seorang detektif terkenal malah mengirim Enola Holmes ke sekolah. Namun, Enola Holmes tidak diam begitu saja.

Film keluaran Netflix tahun 2020 itu diadaptasi dari buku pertama seri Enola Holmes karya Nancy Springer. Meski sudah lama dirilis pelajaran yang bisa dipetik oleh kaum perempuan dirasa masih relevan sampai sekarang.

1. Perempuan Juga Bisa Jaga Diri

Masih banyak masyarakat yang beranggapan kalau perempuan itu lemah dan tidak bisa menjaga diri. Dari anggapan itu alhasil menyebabkan adanya pandangan bahwa perempuan adalah makhluk yang perlu dilindungi oleh laki-laki. Nah, anggapan itu terbantahkan ya dari perjuangan Enola Holmes. Di mana ia adalah sosok perempuan kuat yang jago bela diri. Bahkan ia bisa menyelamatkan pangeran yang kabur dari pengawas-pengawa kerajaan. Selain itu berkat keahlian bela dirinya juga ia berhasil lolos dari pengawas kerajaan yang mengikutinya sampai ke London.

2. Perempuan Tidak Melulu Soal Keanggunan

Ada di mana Kakak Enola Holmes mengirimnya ke sekolah agar ia lebih anggun dan tertata sama seperti kebanyakan perempuan Inggris pada jaman itu. Namun, peraturan sekolah yang menuntut Enola Holmes harus rapi dan anggun saat makan sekali pun membuatnya tidak betah dan terkesan terus menciptakan kegaduhan. Peraturan tersebut tentu saja berlawanan 180 derajat dengan kepribadian Enola Holmes yang notabene pribadi pemberani, banyak gerak, dan banyak akal.

Hal ini setidaknya menjadi bukti bahwa perempuan tidak melulu soal keanggunan. Padahal perempuan berhak mengeksplor banyak hal yang ada di dalam dirinya. Toh tidak ada salahnya kan jadi perempuan yang aktif dan banyak gerak?

3. Harus Menemukan Jati Diri Sendiri

Enola Holmes dihadapkan dengan kenyataan bahwa ibunya tercinta hilang entah ke mana. Dengan misi menemukan ibunya ia pergi ke bererapa tempat yang ada di London. Di tengah-tengah pencarian ibunya ia bertemu dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai pelayan kafe.

Enola Holmes pun menanyakan tentang keberadaan ibunya ke perempuan tersebut. Namun, ada sesuatu yang didapatkan tidak secara gratis dan cuma-Cuma saja. Mau tidak mau Enola Holmes harus meladeni serangan yang diberikan oleh pelayan kafe itu. Dari ucapan yang terlontar oleh pelayan kafe tersebut diketahui bahwa ia seorang guru bela diri Enola Holmes waktu Enola Holmes kecil.

Menariknya, ada kalimat yang terucap dari pelayan kafe itu, “Jangan pergi ke sebuah tempat jika itu hanya untuk mencari orang lain!” Kalimat tersebut secara tidak langsung mengajarkan bahwa sebagai perempuan harus menemukan dan mengenali diri sendiri sebelum menemukan orang lain. Hal ini berarti perempuan juga harus mengetahui nilai yang ada di dalam diri. Nilai tersebut bisa menjadi kekuatan dan identitas diri sebagai perempuan.

4. Baju Perempuan dan Laki-laki Sama Saja

Di beberapa adegan ada yang mengharuskan Enola Holmes melakukan penyamaran dengan memakai “baju laki-laki.” Melalui adegan tersebut seolah-olah tidak ada perbedaan konsep gender antara laki-laki dan perempuan tentang pakaian yang sudah terkonstruksi di masyarakat selama ini sebagai pakaian maskulin dan feminin.

Sebagai informasi, spektrum gender dari tengah-tangah antara maskulin dan feminin ini disebut dengan Andorgini.  Andorgini dapat digambarkan dengan sifat maskulin dan feminin yang seimbang dan sama kuat di dalam seorang individu. Sehingga muncullah konsep genderless fashion di mana kesetaraan gender menjadi tujuannya. Hal itu karena konsep ini melihat kondisi laki-laki dan perempuan sama. Perempuan tidak hanya dilambangkan dengan rok saja dan laki-laki tidak hanya dengan celana jeans dan jas.

5. Umur Bukan Persoalan

Meskipun usia Enola Holmes masih 16 tahun, tapi usaha dan kegigihannya dapat diperhitungkan. Tidak dapat dipungkiri di masyarakat kadang umur seseorang dikaitkan dengan kualitas dan kapasitas orang tersebut. Namun, Enola Holmes membuktikan bahwa di usianya yang masih muda ia dapat mendobrak pandangan-pandangan orang terhadap diskriminasi usia.

Baik usia yang terlalu muda atau terlalu tua bisa saja mengalami diskriminasi. Diskriminasi ini lebih lanjut disebut dengan ageism yang diperkenalkan oleh Robert Neil Butler pada 1969. Ia menyebut diskriminasi terhadap usia tua disebabkan karena tiga hal. Pertama, prasangka terhadap orang berusia tua atau lanjut maupun proses penuaan. Kedua, berbagai praktik diskriminasi terhadap orang berusia tua. Ketiga, beragam praktik kelembagaan dan kebijakan yang terus melanggengkan stereotip terhadap orang berusia tua.

Sedangkan diskriminasi pada usia muda disebabkan karena kaum muda kerap kali diragukan kemampuannya sehingga dicap miskin pengalaman, suka bertindak spontan, tak memiliki kearifan dan kebijaksanaan atau gampang menjajl risiko.

6. Kudu Semangat Menjalani Hidup

Perjuangan Enola Holmes dalam menemukan ibunya tentu mengajarkan kita arti semangat dan pantang menyerah. Namanya juga hidup tidak mungkin kalau berjalan mulus-mulus saja tanpa kendala. Tapi Enola Holmes lewat perjuangan dan kegigihannya mengajak kaum perempuan seperti dirinya agar menjadi pribadi yang kuat dan mandiri meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit.

Nah, semoga setelah kita menonton film Enola Holmes membuat kita lebih semangat dan siap menghadapi hidup sebagai perempuan juga manusia yang mempunyai nilai diri ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *