Kalian pasti ga asing sama kalimat jadi cewek jangan sekolah tinggi-tinggi nanti cowok minder. Anggapan itu karena cowok ga suka dengan cewek yang terlalu berpendidikan. Kalau cewek terlalu berpendidikan nantinya susah diatur oleh cowok. Apalagi cewek yang mandiri, apa-apa bisa sendiri bisa buat cowok takut. Anggapan itu ga bisa dipungkiri masih tertanam di masyarakat.
Berkaca dari pengalaman pribadi dan beberapa teman saya yang cewek, kebanyakan dari mereka yang mandiri dan berprinsip kuat malah jomblo alias single. Ga tahu karena terlalu kuat sama prinsipnya untuk pilih-pilih pasangan atau emang cowok ga mau mendekat karena takut. Bukannya dalam menentukan pasangan memang harus diseleksi ketat ya? Entah calon suami sebagai pendamping hidup atau pacar sekali pun. Mbak Najwa Shihab saja bilang kalau menentukan pasangan harus dipilih secara benar. Analoginya sederhana banget, jangankan milih pasangan milih make up buat wajah saja harus milih. Mana make up yang cocok untuk kulit berjerawat, kulit berminyak, atau jenis kulit yang lain.
Saya setuju sama Mbak Nana, seperti milih make up buat wajah, milih pasangan juga harus yang cocok seenggaknya ga banyak redflag kalau katanya gen Z. Soal wajah sih ga harus kaya artis korea, malah bukan selera saya. Wajahnya enak dipandang saja sudah cukup. Selain itu, calon pasangan juga harus nyambung kalau diajak ngobrol. Itu sepertinya kriteria standar bagi orang-orang. Yang membedakan ya standar bahan obrolan setiap orang. Ga lucu kan kalau menjalin hubungan tapi diajak ngobrol ngang-ngong ngang-ngong. Apalagi kalau cuma buat bersenang-senang saja bahkan ga memberi pengaruh positif satu sama lain. Parahnya lagi menjalin hubungan cuma gara-gara perkara kesepian dan ga bisa hidup sendiri. Haduh! Langsung skip.
Cewek Mandiri Sama dengan Cewek Pembangkang?
Sebagai anak perempuan, saya dididik oleh orang tua untuk mandiri dan harus tahu apa yang saya mau. Alasan yang paling utama mungkin karena orang tua berada jauh di beda pula. Jadi harus bisa mengandalkan diri sendiri dalam situasi genting sekali pun. Waktu SMA saya sudah biasa bangun pagi untuk memasak bekal yang mana di masa itu teman-teman saya yang lain dilayani oleh orang tua. Contoh yang lainnya adalah membayar pajak dan mengganti plat nomor kendaraan. Bahkan saya punya kesempatan untuk menentukan dan belanja mesin cuci sendiri. Akhirnya, ketika kuliah saya tidak merasa kalang kabut karena harus mengurus ini itu sendiri.
Lambat laun saya juga terbiasa untuk makan bahkan beberapa kali menonton film di bioskop sendiri. Meskipun sebagai orang yang ekstrovert kadang itu melelahkan. Di saat orang-orang sibuk dengan pasangannya, saya memilih sibuk dengan diri sendiri. Ada yang memberikan rasa iba karena makan di tempat umum sendiri. Ada juga yang merasa heran kok ada orang yang datang ke bioskop sendiri.
Secara pemikiran, saya memiliki pendapat yang saya yakini karena dituntut harus tahu apa yang saya mau. Saya juga memahami kalau setiap orang punya pendapatnya masing-masing. Kita ga boleh menghakimi atau mendikte pilihan orang lain. Sesantuy itu.
Belakangan juga saya tertarik dengan isu feminisme. Bagaimana orang-orang feminis memperjuangkan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kalau melihat kondisi di masyarakat masih banyak ketimpangan yang terjadi baik di instansi atau pun di dalam keluarga. Ya sebabnya masyarakat kita masih menganut paham patriarki. Padahal beberapa masalah timbul dari paham tersebut. Dari literatur yang saya baca, paham patriarki bisa menyebabkan fenomena fatherless atau kurangnya figur ayah secara fisik maupun psikologis di dalam pengasuhan anak. Tentu saja masih ada masalah-masalah lainnya akibat paham patriarki.
Menurut sepahaman saya, aliran feminisme sebenarnya bertujuan untuk menyederhanakan ketimpangan-ketimpangan yang terjadi antara kaum laki-laki dan perempuan. Eh malahan ada orang-orang yang melabeli feminis adalah orang yang galak, pembangkang laki-laki, ga mau diatur, dan ga cocok dijadikan istri.
Ya saya sangat paham di seluruh muka bumi ini ga semua orang feminis. Di mana paham patriarki masih mendarah daging di hidup mereka. Orang-orang yang masih berpikiran perempuan hanyalah objek laki-laki yang tugasnya cuma di sumur, dapur, dan kasur. Orang-orang tersebut sepertinya melihat ada cewek mandiri dia bakal kabur.
Saya juga tahu di belahan bumi lain ada orang yang hidup dengan prinsip berbeda. Jadi manusia apalagi cewek mandiri ternyata bisa menjadi poin minus di kaca mata orang lain. Bagaimana tidak, orang terdekat saya sendiri mengatakan ga menyukai cewek mandiri. Sebabnya ya karena berdasarkan pengalamannya, cewek mandiri bisa membantah bahkan melawan cowok jika kekuatan si cewek di atas cowok. Sehingga ia akan dominan dan menjadi pengemudi roda suatu hubungan.
Menurut saya ya, kemandirian seseorang terbentuk sebagai cara mereka mempertahankan dan memperjuangkan hidup mereka. Karena beberapa orang hidupnya ga mudah atau banyak tantangan yang mengharuskan orang itu mandiri. Kan ga mungkin juga kalau hidup punya banyak tantangan, tapi kita menye-menye ke orang lain. Yang bisa kita andalkan di situasi tersebut ya diri sendiri bukan orang lain.
Toh kalau kamu sebagai cowok takut disetir cewek, seharusnya kamu punya prinsip dan pendapat yang kuat untuk dipertahankan. Biar si cewek ga dominan ya kamu jangan mau dikemudikan ke sana atau ke sini. Kalau ga mau dibantah atau dilawan cewek, kamu juga harus jadi cowok yang baik dan benar. Kalau sudah jadi cowok baik dan benar pasti si cewek pun ga akan mencari-cari celah kesalahan. Intinya sih upgrade diri dulu sebelum menjalin hubungan biar bisa jadi partner yang berkualitas.
Saya sangat menghargai pendapat dan keputusan teman dekat saya tersebut. Saya juga berhak untuk menetapkan kriteria calon pasangan saya. Satu yang pasti kalau cowok itu patriarki, maaf ya skip dulu!